» » » » Panti Penderita Keterbelakangan Mental

14 Mei 2014

Sudah dua bulan ini saya mengubah rute mengantar dan menjemput TK Ahsan.  Biasanya melalui jalanan besar Theodore Heus Strasse, kemudian diganti melalui jalanan kecil dan sepi.  Entah mengapa melalui rute sepi yang jarang dilalui orang lebih nyaman buat saya.  Rute tersebut, dari Hermann Rein belok ke panti tempat merawat orang-orang keterbelakangan mental, Christophorus.  


Pemandangan yang membuat mata dan hati saya terpana.  Setiap melewati gedung panti tersebut, mata selalu 'meleng' menengok situasi apa yang terjadi di gedung tersebut.  Pernah karena meleng terus, tidak sadar ada mobil dari depan.  Kaget...hehehehe.  Untung jalanan dipasang polisi tidur, jadi mobil tidak bisa berjalan kencang.


Selama ini sering melihat orang-orang yang terbelakang mentalnya tersebut diajak jalan-jalan oleh pengasuh.  Satu pengasuh membawa satu atau dua orang.  Orang-orang cacat tersebut baik masih muda atau sudah tua.  Masih bisa jalan sendiri atau didorong dengan kursi roda.  Pemandangan yang tidak pernah saya lihat di Indonesia.  Ingin mengambil foto, tapi takut tidak diperbolehkan. 


Sejak merubah rute mengantar TK, intensitas melihat pengasuhan orang terbelakang mental jadi sering.  Bagi saya menarik dan mengagumkan.  Orang-orang cacat yang dibilang tidak produktif diperlakukan sedemikian manusiawinya.


Plank denah lokasi panti


Bagian pertama yang menarik perhatian adalah ruangan mencuci baju.  Jendela ruangan ini banyak jadi aktivitas di dalamnya terlihat dari jalan.  Gara-gara meleng melihat ruang cuci inilah, beberapa hari lalu saya nyaris tertabrak mobil.  Di dalam ruang tersebut terdapat mesin cuci berukuran raksasa.  Tinggi mesin cuci lebih tinggi dari orang dewasa.  Beberapa orang terlihat melipat baju yang telah dicuci.  Biasanya hasil cucian dari mesin cuci tidak langsung kering .  Baju perlu dijemur terlebih dahulu.  Tapi melihat kondisi gedung, sepertinya baju tidak dijemur tapi langsung dikeringkan ke mesin pengering. Baju yang dikeringkan dengan mesin hasilnya rapi.  Jadi baju tinggal lipat saja sudah bagus tidak perlu diseterika.


Btw mesin cucinya keren euy....pengen punya.  Mesin cuci dan pengering, surga sehingga hidup tidak perlu tergantung ART....


Terkadang saya juga melihat petugas khusus yang menyapu dan membersihkan lantai.  Petugasnya seperti cleaning service hotel atau supermarket dengan peralatan pembersihnya yang didorong-dorong itu.


Terkadang saya melihat orang - orang dengan keterbelakangan mental tersebut berkumpul disuatu ruangan dan melakukan aktivitas.  Tidak terlihat jelas apa yang mereka lakukan, karena saya melihat sambil lalu naik sepeda.  Di suatu ruangan terlihat beberapa sepeda statis.  Walaupun cacat harus tetap berolah-raga agar tetap sehat.


Ruangan tempat mencuci dan melipat baju


Beberapa waktu lalu teman yang sedang mengambil S2, Achmad Fadillah, menulis di Kompasiana.  Saat dia field trip ke perusahaan kentang organik.  Perusahaan tersebut memperkerjakan orang dengan keterbelakangan mental. Orang-orang tersebut digaji dan bekerja dengan baik layaknya orang normal.  Artinya orang-orang tersebut bisa mandiri dengan gaji yang mereka peroleh.


Bagaimana dengan orang-orang dengan keterbelakangan mental di dekal wohnung tempat saya tinggal?  Apakah mereka bekerja?   Bagaimana menagement keuangan lembaga tersebut?  Saya belum tahu jawabannya.  Saya hanya orang lewat yang tertarik memperhatikan saja, tidak tahu seluk-beluk didalamnya.


Yang pasti biaya untuk memelihara panti pastilah tidak murah.  Biaya makan, listrik, ruangan cuci dengan mesin cucinya yang besar, ruang olah raga, petugas kebersihan, pengasuh, dll pastilah perlu biaya.  


Gedung panti Christophorus


Ada benang merah nich mengapa panti Christiphorus sering rutin mengadakan flohmark atau pasar tempat menjual barang bekas. Ceritanya begini.... Disetiap sudut kota Goettingen disediakan tempat khusus untuk membuang baju bekas, sepatu bekas, perabot rumah tanggal bekas.  Barang bekas yang sudah dibuang pemiliknya tersebut milik pemerintah kota Goettingen.  


Wah jangan sangka lho barang yang dibuang tersebut barang rusak.  Kebanyakan dalam kondisi bagus bahkan ada yang masih terkemas bagus.  Barang-barang buangan inilah surga bagi kami mahasiswa sehingga tidak perlu membeli perabot rumah.  Kalau beruntung tinggal mengambil di tempat khusus pembuangan tersebut atau membeli murah di pasar barang bekas.


Kemungkinan barang-barang yang masih layak diberikan pemerintah kota Goetingen ke panti Christophorus.  Panti Christophorus kemudian menjual kembali ke orang-orang membutuhkan dengan harga murah.  Pasar barang bekas ini dalam bahasa Jerman disebut Flohmark.  Flohmark di Christophorus terutama Grosser Flohmark sangat ramai.  Bahkan pengunjung sampai berdesak-desakan.  Hehehe tahu pasti karena terkadang hunting barang bekas di sini.  Barang bekas misalnya penggorengan, dihargai 5 euro.  Waktu itu dapat panci merk Silit.  Jika beli panci Silit baru mencapai 100 euro lho..  Hehehehe hemat, dasar kantung mahasiswa...


Mungkin uang yang didapat dari flohmark salah satu sumber pemasukan untuk keberlangsungan kehidupan panti Christophorus.  


Panti Christophorus


Hanya itu yang saya tahu...  Salah satu sudut kehidupan di Goettingen Jerman yang berkesan bagi saya...

***

«
Next
Newer Post
»
Previous
Older Post

No comments:

Leave a Reply