» » » Mempersiapkan dan Mendampingi Anak Berani di Sunat

22 Agustus 2014


Memilih Cara Toilet Training

Bukan tipe ibu yang baik dan benar.  Menjalankan tugas rumah tangga berdasarkan "rasa nyaman" hati.  Melakukan sesuatu karena itu yang dari hati enak dan mudah dikerjakan.  Pun demikian dalam mengasuh anak-anak.  Berdasarkan "rasa nyaman" hati.  Walau mungkin apa yang dirasa nyaman belum tentu baik oleh orang lain.  Kalau lagi kesel dan capek kemudian ingin marah.  Ya marah saja.  
"Ibu lagi marah, sebel." 
"Jangan diulangi lagi."
"Kalau masih diulangi ibu marah-marah dan kamu diomeli lagi."
"Kalau masih tidak mau dengar ibu, bisa kena cubit lho."
Keluar sebelnya dan berharap bisa adem lagi.


Mengerjakan sesuatu, mengatur rumah, mengasuh anak tiap orang beda.  Semua dikerjakan mana yang paling nyaman di hati.  Misalnya tentang mengajari pipis anak-anak.  Tiap keluarga beda cara mengajarinya.  Tidak masalah, yang penting si ibu nyaman dan enjoy.  Ada yang memakaikan pempers (bukan bermaksud menyebutkan merk tapi menyebut pembalut untuk bayi) terus baik saing maupun malam hari hingga anak berusia 4 tahun.  Ada yang siang tidak dipakaikan pempers baru malam hari dipakai ketika tidur.  Anak dibolehkan mengompol dulu di tempat tidur sementara di lantai kemudian baru dipindah ke tempat tidur sebenarnya.  Ada yang membiasakan anak untuk ditatur (Jawa, anak dipipiskan dengan posisi dipangku orang tuanya).


Membiasakan anak untuk ditatur itu yang dipilih.  Menatur anak mulai dari bayi, saat baru pulang dari rumah sakit.  Bukan usaha yang selalu berhasil.  Terkadang belum ditatur anak sudah ngompol duluan.  Menatur anak dilakukan saat siang maupun malam hari.  Pempers hanya dipakaikan ketika bepergian saja.  Butuh waktu dan usaha yang besar memang untuk menatur anak.  Kebetulan bukan wanita karier jadi punya energi dan waktu banyak untuk menatur anak.


Balita yang terbiasa ditatur saat ingin pipis malam hari, biasanya memberikan kode bahasa tubuh.  Misalnya dia minta nenen tapi nenennya di kenyot kemudian dilepas, begitu seterusnya.  Atau nenennya tidak di kenyot tapi digigit karena si ibu tidak kunjung menggendongnya ke kamar mandi.  Atau anak berguling-guling hingga si ibu tertindih atau dipinggir kasur hingga hampir jatuh.  Dalam proses membiasakan anak untuk ditatur tentu butuh kesigapan ibu.  Terutama malam hari.  Tidak boleh malas bangun jika anak memberikan kode bahasa tubuh ingin pipis.


Ada banyak keuntungan menatur anak.  Diantaranya mengurangi biaya pembelian pempers.  Tapi sebenarnya bukan hal tersebut keuntungan utamanya.  Seperti contoh kasus anak laki-laki kedua.  Anak mengalami iritasi di sela pantat dan sela paha setelah memakai pempers.  Berbagai merk dicoba dari yang mahal sampai yang murah, tetap menyebabkan terjadinya iritasi.  Disamping itu, titit si anak sepertinya terjepit sehingga dia menolak untuk dipakaikan pempers.  Menatur menjadi solusi mengatasi iritasi dan anak menolak memakai pempers


Karena terbiasa menatur anak laki-laki kedua, jadi memperhatikan bagaimana proses keluarnya pipis.  Anak seperti kesulitan untuk mengeluarkan pipis.  Setiap kali pipis sepertinya dia mengejang kuat.  Pipis seperti susah dikeluarkan. 
 "Sepertinya ada yang salah nich dengan titit anak".  
"Hanya membatin saja".
Malah sering bercanda ke anak kalau harus disunat biar kalau pipis lega.  
"Hayo lho ujung tititnya akan dipotong!"
"Ihhhh sakit lho dipotong," 
"Tapi kalau sudah dipotong kalau pipih akan ahhhh lega tidak sempit lagi," ujar saya berulang-ulang.


Barangkali anak belum begitu tahu tentang sunat karena dia masih berumur 3.5.  Tapi ya ngomong saja tentang sunat.  Entah dia mengerti atau tidak, sambil selalu menerangkan kalau ujung tititnya harus di potong agar pipis keluar lancar.


Saat itu hanya sering bilang ke anak harus sunat.  Sering meledek dengan cara kalimat dibuat lagu-lagu kalau titit laki-laki itu harus dipotong, dll.  Hanya feeling kalau ada yang tidak beres dengan proses pipis anak.  Walaupun dalam pelaksanaannya, direncanakan sunat dilakukan saat dia sudah duduk di SD nanti. 


#
Setiap tahun anak mendapatkan undangan rutin dari Dinas Kesehatan negara bagian Niedersachschen.  Pemeriksaan tersebut dilaksanakan satu tahun sekali.  Pemeriksaan rutin tersebut bertujuan untuk mengetahui kesehatan jasmani dan mental anak.
- Apakah anak sudah dapat berbicara layak sesuai dengan umurnya?
-Apakah anak sehat matanya dan tidak perlu mengenakan kaca mata?
- Apakah mental anak berkembang sesuai dengan umurnya?  Cara mengetes dengan melakukan psikotest layaknya psikotest sederhana untuk masuk kerja.
- Apakah ada ganguan kesehatan fisik anak? dll


Saat pemeriksaan tersebut diketahui kalau lubang titit untuk pipis terlalu sempit.  Pipis menjadi susah dan mengganggu. Dokter menyebutkan kalau sunat sebagai solusi dan harus dilaksanakan paling lambat dalam jangka waktu 3 bulan.  Wahhhhh ternyata feeling kalau anak harus segera disunat benar adanya.


Teman bercerita kalau proses sunat di Jerman itu heboh banget.  Anak perlu dibius total saat proses pemotongan ujung titit tersebut.  Pasti sunat tidak masuk dalam asuransi kesehatan kami.  Kebetulan sudah mau kembali ke Indonesia.  Lebih baik sunat dilaksanakan di kampung, yang pasti tidak heboh, tidak perlu bius total cukup bius lokal saja.


Waktu 3 bulan sudah cukup untuk persiapan mental kalau anak wajib disunat.  Sebelum mendapat perintah "wajib" sunat dari dokter sudah terlebih dahulu bercerita tentang sunat ke anak.  Agar anak tambah berani untuk di sunat sengaja browsing bersama-sama apakah sunat itu?  Mencari video cara sunat di youtube lalu ditonton bareng-bareng bersama anak.  Kebetulan anak walau belum genap 4 tahun tapi suka sekali dijelaskan tentang sesuatu yang berbau ilmiah. Pengertian sunat secara ilmiah pun dengan suka cita dia dengarkan.


Tiba saatnya anak harus menghadap mantri sunat.  Sehari sebelum sunat, anak berkata berani disunat. Satu jam sebelum disunat anak juga berkata berani disunat.  Beberapa menit sebelum masuk ruang mantri juga bilang berani disunat.  Barangkali karena susah pipis, sering diledek ibunya harus sunat, makanya dia bilang berani sunat.  
Sepertinya metode sunat itu ada berbagai macam.  Saat melihat cara sunat di youtube, ujung kulit titit dipasang semacam pagar.  Kulit ujung titit lalu dipotong.  Pagar masih tetap terpasang di kepala titit setelah dipotong.

Cara sunat kedua seperti dimantri tempat anak disunat.  Sunat adalah hal biasa tanpa operasi dengan bius total. Tempat sunat adalah tempat tidur tempat mantri memeriksa pasien. Oh iya yang dimaksud mantri adalah petugas kesehatan bukan dokter tapi mendapatkan ijin untuk memeriksa dan memberikan obat kepada orang sakit.  Disamping memeriksa pasien, bapak mantri juga menyediakan jasa sunat atau khitan.


Tempat sunat di Jepara

Pengalaman pertama kali melihat anak di sunat.  Saat proses sunat ternyata bapak mantri membolehkan kedua orang tua dan keluarga pengantar pengantin sunat untuk masuk dan melihat prosesi sunat. 

Proses sunat yang dilakukan adalah
1.  Memberikan bius lokat di titit anak.  Karena sakit anak menangis.  Untung anak hanya menangis saja sedangkan tangan dan kakinya hanya diam tidak di gerakkan atau menendang dengan kasar.  Pak Mantri menyuruh anak memegang kedua telinga agar tidak sakit, katanya.

2.  Kulit ujung titit lalu ditarik dengan gunting berbentuk penjepit.
Pak mantri kemudian mengucapkan sholawat nabi.
"Allahuma sholi ala muhammad ya robbi sholi ala muhammad."
Ternyata sholawat tersebut sebagai tanda tangan pak mantri mulai memotong ujung kulit titit.  

Kulit dipotong menggunakan pisau bedah kemudian dirapikan menggunakan gunting bedah.  Banyak darah keluar saat kulit dipotong.  Saat itu anak menangis.  Penyebab menangis entah karena takut atau karena masih merasa sakit, kurang tahu.  Untungnya anak hanya menangis sambil terus memegangi telinganya.  Kakinya ditahan tidak digerakkan dan tidak perlu dipegangi.

"Jangan menangis nanti darahnya banyak keluar lho," ujar pak mantri.  Saya fikir hanya bercanda kata-kata pak mantri tersebut.  Setelah anak berhenti menangis, ternyata memang benar darah tidak terlalu banyak keluar.  Mungkin saat menangis pembuluh darah tertekan sehingga aliran darah menjadi kencang keluar.

3.  Kulit yang sudah dipotong kemudian dijahit, diberi obat, diperban dengan dengan kasa khusus yang mengandung obat, baru ditutup dengan kasa biasa.  Anak dipakaikan celana dalam yang ada tutupnya, dipakaikan sarung kemudian boleh pulang.

4.  Obat yang dibawa pulang adalah obat bubuk dan sirup yang harus habis diminum.  Disamping itu juga diberikan betadin dan obat berbentuk serbuk untuk ditaburkan pada luka agar cepat kering.  Kontrol dilakukan 3 hari kemudian..



celana khusus sunat agar titit tidak sakit tersenggol


Penanganan anak pasca sunat.  

Bingung tidak tahu apa yang harus dilakukan setelah anak disunat. Pertama kali menangani anak pasca disunat.  Terakhir melihat anak disunat saat masih kecil 30 tahun yang lalu, saat mas no 5 disunat.  Jelas lupa-lupa dan tidak ingat lagi.  Panik dan cemas melanda selama 7 hari.  Ditambah lagi baru pulang dari Jerman.  Cuaca kok terasa panas sekali di kulit.  Anak cepat sekali berkeringat.  Luka tidak boleh terkena air.  Alhasil selama 7 hari anak tidak mandi hanya di lap saja.  Wah itu keringat buntet menyebar di mana-mana, mulai dari leher sampai punggung.  Sudah sakit titit ditambah lagi gatal melanda seluruh tubuh plus nyamuk yang menggigit ganas tanpa ampun.  Untungnya ada obat mujarab andalan, Caladin obat keringat buntet dan merah habis digigit nyamuk.


Saat pipis perih dirasakan anak.  Harus kuat hati saat dia menangis menyayat hati. Pipis adalah siksaan tersendiri baginya.  Selama 3 hari dia berusaha menahan untuk tidak sering pipis.  Entah bagaimana caranya dia bisa pipis hanya satu kali sehari.


Setelah pipis ternyata perban bungkus titit basah.  Awalnya tidak tahu.  Untung segera mengamati apa dan bagaimana kondisi titit.  Ujung kepala tempat keluarnya urin berwarna merah, luka dan  basah.  Kassa yang membungkus luka jahitan bagian bawahnya basah oleh pipis.  Kontrol kata pak mantri dilakukan 3 hari kemudian, padahal ini baru hari ke-2.  Hati berkata, perban harus diganti kalau tidak bisa infeksi dan memperparah luka.  Untung punya kakak ipar bidan.  Segera minta tolong beliau untuk membuka perban dan menggantikannya.  Kasa perban lama dibuka dan dibuang, luka bekas sunat di tetesi dengan betadin, luka lalu dibungkus dengan kassa baru dan di beri plester agar tidak lepas.  Agar tidak tidak turun dan tergesek, diganjal dengan kassa. Caranya kassa dilipat kecil memanjang.  Kassa lalu dibuat untuk menyangga titit agar tidak turun. Kassa ditempelkan di perut lalu diplester agar tidak lepas.  Dengan begitu luka pasca sunat terangkat dan tidak menyenggol sesuatu.  Kepala titit yang merah berair ditaburi obat yang berbentuk serbuk.  Lega...titit sudah dalam kondisi bersih dan lebih baik.


Kalau terpaksa harus mengganti perban sendiri, yang terpenting adalah kuat hati melihat anak menangis histeris sambil bekerja mengganti perban.  Teori mudah, lepas diberi betadin kemudian diganti kassa baru.  Prakteknya itu yang sulit.  Tidak tega dan lain-lain.  Lebih mudah memang orang lain yang mengganti perban kemudian si ibu disamping anak menenangkannya.


Ada masalah dengan celana khusus untuk anak sunat.  Ternyata celana tersebut membuat titit jadi lembab.  Saat diamati, bagian celana yang ada gundukannya banyak uap air.  Walau ada lubang ventilasi tapi sepertinya tidak cukup juga sirkulasi udara sehingga masih banyak uap air keringat bersarang di sana.  
"Memakaikan celana sunat terus menerus adalah hal yang tidak tepat," batin saya.
Akhirnya anak dibiarkan berkelana kesana-kemari tanpa celana hingga titit kering.
"Biarin saja masih kecil ini,"
"Daripada luka sunat lembab terus dan tidak sembuh-sembuh,"
"Paling dia jadi tontonan teman-temannya yang lagi main ke rumah."



Maaf bukan bermaksud horor, luka sunat, warna putih diujung kepala adalah obat berbentuk serbuk


Hari ketiga pasca sunat tiba. Anak dibawa untuk kontrol ke pak mantri sunat.  Kassa perban dibuka.  Luka sunat lalu disiram dengan cairan desinfektan.  Apa nama cairan tersebut kurang tahu.  Luka sunat lalu hanya dibungkus dengan kassa tipis satu lembar berbentuk jaring-jaring.  Titit lalu disangga dengan tissue hingga ke perut dan di lem dengan plester agar tidak lepas.  Ket foto di atas. Penggunaan tissue bertujuan jika terkena pipis tissue akan robek dan mudah diganti dengan tissue baru.  Obat berbentuk serbuk masih terus diberikan hingga luka kering.  Pemberian luka serbuk bisa 2-3 kali sehari.  Jika luka mulai berair segera diberi obat sebuk lagi.  Pak mantri juga memberikan tambahan obat minum berbentuk puyer dan sirup yang diminum hingga habis. Untung anak tidak menolak minum obat.  Kalau sakit justru dia yang minta obat agar cepat sembuh.  Walau obat dirasa pahit tapi dia kuat menahannya.


Setelah hari ke 4 hati mulai tenang.  Anak mulai tidak takut pipis.  Titit hanya disangga oleh tissue sehingga mudah diganti sendiri jika basah.  Luka sunat mulai membaik.  Sering memeriksa luka, jika ada bagian yang masih basah-basah sering ditaburi dengan obat luar bentuk serbuk. Jangan lupa membolak-balik titit untuk memastikan semua bagian berair dan lembab sudah diberikan obat tabur. 


Anak mulai dipakaikan sarung sehingga kalau dia berkelana kesana-kemari tidak malu jadi tontonan semua orang.  Cara memakaikan sarung seperti pakai rok.  Saruh dipakai, bagian tengahnya diikat dengan ikat pinggang, bagian atas diturunkan begitu saja.  Anak leluasa bergerak dan sarung tidak akan pernah jatuh melorot.


Sarung anti melorot: pakaikan sarung ikat tengahya dengan sabuk kemudian tinggal dijuntaikan

Hari ke-8 titit sudah agak sembuh.  Sarung tidak dipakai lagi.  Anak sudah bisa memakai celana, hanya saja belum berani memakaikan celana dalam. Hari ke 8 anak baru dimandikan karena yakin air tidak memperparah luka.  Akhirnya bisa mandi.  Cuaca panas, banyak keringat, keringat buntet dan bau badan yang ampun-ampun.  Segarnya bisa mandi dua kali sehari lagi....

Hari ke 12 titit mulai sembuh sempurna.  Bagaimana bentuk sunat yang bagus sempurna?  Tidak tahu (eh...tahu ding punya bapaknya hahahah).  Hanya saja bekas sunat anak agak aneh.  Bekas sunat seperti celana panjang yang ditekuk karena takut kena banjir.  
"Apa nanti kalau besar bisa rapi tidak ya?"
"Seperti tekukan di bagian bawah kepala titit tidak kelihatan lagi?"  Yang jelas tidak berani memasang foto di blog titit yang sembuh total setelah disunat.  Takut anak malu....


Terima kasih sudah membaca.  Sekian...

***

«
Next
Newer Post
»
Previous
Older Post

No comments:

Leave a Reply