DOKTOR FILOSOFI
Point Perenungan:
• Setelah memperoleh gelar doktor apakah semakn high performer but humble?
• Studi Doktor yang sulit, lama dan mahal ditempuh sepenuh hati, sadar, dihayati dan siap menanggung konsekwensinya?
• Daftar kesulitan, resiko, harapan, enjoyment atau hal-hal prospektif yang sedang dan akan dihadapi dalam upaya meraih gelar Doktor dan strategi pensolusiannya.
###
Bisa menempuh studi doktoral adalah keinginan terdalam dari hati. Awalnya mengira melanjutkan studi doktoral adalah sesuatu yang tidak mungkin. Bisa menempuh jenjang tertinggi di suatu bidang ilmu, mana mungkin? Bagaimana caranya? Namun doa-doa yang selalu dimohonkan bisa merubah sesuatu yang tidak mungkin menjadi kenyataan. Alhamdulillah keinginan dikabulkan oleh Allah SWT. Suatu anugerah bisa melanjutkan S3 di IPB.
Setelah lulus S1 dari IPB tahun 2000, dinyatakan lolos seleksi menjadi seorang peneliti di suatu lembaga penelitian di Sumatera Utara. Luar biasa bahagia saat itu. Menjadi peneliti atau dosen adalah dream job yang diinginkan. Begitu lulus langsung diterima sebagai peneliti! Hidup yang sempurna. Lebih sempurna lagi ternyata ada kakak angkatan yang juga bekerja di Sumut meminang. How wonderful life, mendapatkan suami dan pekerjaan idaman sekaligus.
Ternyata Allah berkehendak lain. Ternyata kesempurnaan itu adalah bentuk ujian terbesar. Dia memberikan cobaan untuk menguji hambaNya. Dia memberi test seberapa besar bersabar dan pantang menyerah hambaNya menghadapi keadaan yang sulit. Alhamdulillah 15 tahun berlalu. Jalan panjang yang dilalui, pantang menyerah, jatuh bangun, terluka, berdarah selama rentang waktu tersebut. Bersyukur berhasil melewati masa sulit. Tahun 2015 mendapatkan kembali sesuatu yang diinginkan, diterima sebagai dosen di universitas swasta di Medan. Sekecil apapun nikmat yang diberikan oleh Nya, sangat-sangat bersyukur. Setelah melewati sesuatu yang berat.
Modal diterima sebagai dosen karen mempunyai tingkat pendidikan S2 yang juga diperoleh dari IPB tahun 2006-2009. Waktu itu berstatus sebagai ibu rumah tangga beranak satu yang membulatkan hati harus mempunyai pendidikan pascasarjana. Tidak ada beasiswa. Siapa yang mau memberi beasiswa kepada seorang ibu RT melanjutkan S2. Modal sekolah adalah uang 10 juta hasil bekerja sebagai loper koran. Selanjutnya suami yang mensuport uang SPP tiap semesternya. Untuk meminimalisir pengeluaran, tidak mengontrak rumah tetapi hanya indekost menyewa satu kamar. Anak pertama yang waktu itu masih usia 4 tahun diajak susah ibunya sekolah di Bogor. Berterima kasih sekali kepada Agriananda IPB. Anak bersekolah TK kemudian lanjut istirahat hingga sore hari di Agriananda. Sorenya pulang dari kuliah menjemput anak lalu istirahat di kost. Jika ada perlu kuliah hingga jam 6 atau kuliah di Baranang siang, minta tolong pada ojek untuk menjaga anak. Terima kasih juga untuk Abah ojek yang sudah banyak membantu selama menyelesaikan S2. Singkat cerita gelar magister diperoleh dengan baik dari IPB dengan IPK 3,98.
Hari-hari berikutnya masih memutuskan menjalani hari sebagai ibu rumah tangga dan pendamping suami. Kebetulan suami mendapatkan beasiswa studi S3 di Goettingen Jerman. Waktu dilalui dengan gembira dan mendapatkan pengalaman baru di Goettingen. Terbiasa dengan tugas-tugas berat yang dibebankan sebagai mahasiswa S1 dan S2 di IPB. Bahasa mudahnya, terbiasa under pressure. Rasanya sayang waktu berlalu begitu saja tanpa melakukan sesuatu, disamping tugas utama sebagai ibu dan pengelola rumah tangga. Tentu saja di Goettingen pekerjaan rumah tangga dilakukan sendiri tanpa bantuan asisten rumah tangga. Mana mungkin hidup dari beasiswa menggaji seorang home helper. Hal menyenangkan yang dilalui di Goettingen adalah ikut kelas olah raga sore hari milik universitas Goettingen; meminjam buku di perpustakaan kota; mencoba resep dari buku-buku yang dipinjam di perpust lalu pengalaman masak di tulis di blog catatanbelajarmasak@blogspot.com; ikut mengelola pengajian anak keluarga Kalam Goettingen tiap minggu; berinteraksi dengan sesama mahasiswa dan ibu-ibu yang mendamping suami ataupun dengan warga Indonesia yang menikah dengan orang Jerman.
Setelah suami lulus lalu kembali ke Medan dan harus berinteraksi dengan lingkungan sekitar tempat suami bekarja. Beda pola fikir, beda latar belakang pendidikan, beda pengaruh sosial dan budaya, ternyata interaksi tersebut sulit juga untuk dilalui. Ikut dengan kegiatan di lingkungan dan berusaha dengan susah payah tidak melebur pada hal-hal yang tidak sesuai dengan hati. Banyak hal yang membuat hati terluka, harus banyak sabar dan berlapang dada. Bersyukur sekali diterima sebagai dosen. Kegiatan di lingkungan hanya sewajarnya diikuti dan selebihnya lebih fokus mengajar dan mendampingi penelitian mahasiswa. Lebih bersyukur ternyata diterima sebagai mahasiswa S3 oleh IPB dan mendapatkan beasiswa BUDI (beasiswa unggulan dosen Indonesia) kerjasama antara DIKTI dan LPDP (Lembaga Pengelola Dana Pendidikan).
###
Dimulailah menjalani hari di Bogor. Suami mensuport keinginan sekolah dengan membawa serta anak-anak sedangkan beliau mencari nafkah di Medan. Universitas swasta tempat mengajar hanya memberi modal selembar kertas surat ijin sekolah, tidak ada sepeser pun bantuan keuangan. Sedangkan sebagai dosen swasta gaji diperoleh jika mengajar. Kalo tidak mengajar ya tidak dapat uang. Untuk itu kebutuhan finansial menggantungkan diri pada BUDI. Tetapi apadaya sudah hampir 3 bulan tinggal di Bogor belum cair juga beasiswa tersebut. Biaya pesawat, membayar uang masuk sekolah anak-anak, sewa rumah, biaya makan sehari-hari semua dijamin oleh suami. Terima kasih tidak terhingga untuk suami tercinta. Semoga bisa lulus tepat waktu, 3 tahun studi dengan target IPB yaitu menghasilkan publikasi di jurnal nasional dan internasional. Bissmillah semoga diberikan kemudahan.
Begitu lama waktu dan besar cobaan yang dihadapi untuk mendapatkan kesempatan sekolah S3. Sekarang mimpi itu menjadi kenyataan. Insya allah dengan dengan sepenuh hati akan menjalani sebaik mungkin proses studi S3 di IPB, sehingga benar-benar tergembleng menjadi orang yang layak bergelar doktor filosofi. Sepadan untuk menyandang gelar sebagai seorang pecinta kebijaksanaan. Insya allah waktu akan dimanfaatkan sebaik mungkin, banyak membaca dan memahami jurnal terkini, buku-buku terbaru ilmu Entomologi sehingga akan mendapatkan ilmu bermanfaat. Tiga tahun setelah lulus S3 tidak hanya membawa pulang gelar tetapi yang lebih utama membawa pulang ilmu. Semoga ilmu tersebut bermanfaat untuk ikut mengembangkan potensi kaum muda di provinsi Sumatera Utara.
###
Proses hidup yang dilalui tidak mudah, penuh liku dan hanya memantapkan hati berjuang pantang menyerah. Motivasi adalah kuncinya. Ingin mengisi hidup sesuai dengan panggilan hati, karena kebahagiaan tidak dapat dibeli dengan uang. Berjuang yang insya allah diniatkan untuk pertanggung jawaban di depan Nya.
“Inilah hidupku Tuhanku”.
“Ini yang saya lalui sebelum bertemu dengan MU”
“Saya bahagia dengan pilihan hatiku Rabbku”.
Perjuangan dimulai dari masa sekolah SMP hingga SMA di Jepara. Orang tua sebegai PNS rendahan di kecamatan hanya mampu memberikan sesuai kemampuan. Pulang pergi sekolah dengan jarak 15 km ditempuh dengan minibus penuh penumpang berdesak-desakan. Jarak rumah dengan jalan raya cukup jauh yang harus ditempuh tertatih-tatih berjalan kaki. Bersyukur sewaktu SMA mendapatkan beasiswa sehingga orang tua tidak perlu memberikan biaya sekolah. Tiba saatnya menyelesaikan SMA dan harus kuliah. Bersyukur mendapatkan undangan masuk perguruan tinggi tanpa tes dari IPB. Kiriman terbatas dari orang tua sehingga pengeluaran harus diatur sedemikian ketat tat tat. Puasa sebagai jalan termudah mengatasi ketidak cukupan biaya hidup. Beasiswa diperoleh juga saat kuliah tetapi jumlahnya sangat kecil, jauh sekali dari kata cukup dibandingkan biaya SPP, kost-kost dan makan sehari-hari.
Sebegitu sulitnya memperoleh ilmu mulai dari SD, SMP, SMA, S1, S2 dengan segala lika-likunya pelajaran berharga yang tidak ternilai harganya. Mau menghina orang yang secara finansial dibawah kita? Untuk apa? Padahal mengalami sendiri rasanya lapar sementara uang kiriman orang tuan tidak kunjung datang. Mengejek orang tidak berpendidikan? Untuk apa? Suatu kepastian di atas langit masih ada langit lagi. Kalau memang diri ini pintar harusnya mampu menyelesaikan S3 di Jerman seperti suami.
Apapun itu masih sangat bersyukur masih diberikan minimal mampu melanjutkan kuliah di salah satu 4 besar universitas di Indonesia. Waktu yang ada saat ini insya allah akan diisi dengan belajar sebaik mungkin, mengerjakan semua tugas kuliah sesempurna mungkin, menambah waktu belajar sehingga mendapatkan pemahanan ilmu Entomolgi separipurna mungkin. Dan setelah waktu kelulusan nanti, insya allah apa yang didapatkan akan dimanfaatkan untuk Indonesia yang lebih baik. Menjadi pribadi rendah hati, menghargai orang lain, menghormati yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda.
###
Long distance relationship dengan suami menjadi hal sulit selama menjalani studi di IPB. Pertimbangan memilih IPB diputuskan dari kualitas pendidikan dan kesempatan bertemu dengan suami. Insya allah tempat bekerja suami memungkinkan untuk dinas ke kota Bogor dan Jakarta. Masalah LDR semoga sebagai pemanis bumbu kehidupan menjalani biduk rumah tangga dengan suami. Tugas kuliah maha berat oleh IPB insya allah sudah tidak kaget. Insya allah sudah terbiasa dengan underpressure karena S1 dan S2 juga diselesaikan di tempat yang sama.
Bersekolah dengan membawa anak-anak merupakan seni tersendiri membagi waktu. Anak pertama kelas 3 SMP sedangkan anak ke-2 SD kelas 1 merupakan kemudahan. Anak-anak sudah cukup besar untuk mandiri tidak terlalu tergantung pada ibunya. Walaupun begitu, malam hari jam 7 hingga jam 8 adalah waktu wajib meluangkan waktu mendampingi anak-anak belajar. Tidur lebih awal bersama dengan anak kemudian bangun jam 1 atau jam 2 malam adalah siasat membagi waktu mengerjakan tugas kuliah dan mendampingi mereka. Break kuliah jam 11.30 hingga jam 13 juga dimanfaatkan untuk pulang ke kontrakan, menyediakan makan siang atau menyuapi yang kecil. Insya allah mengelala waktu bersekolah membawa anak tidak menjadi penghalang. Justru berbahagia diantara penat badan setelah lelah seharian berkegiatan di kampus, bisa memeluk serta mencium mereka.
Kesulitan keuangan selama menjalani studi S3 hanya bisa berdoa, semua BUDI segera menurunkan beasiswa seperti telah diterima oleh teman-teman sesama awardee yang lain. Juga berdoa setulus hati semoga karir suami di tempat kerjanya bagus, sehingga kiriman bulanan ke Bogor bisa untuk hidup dengan happy. Paling tidak lebih leluasa tidak merasakan perihnya hidup berkekurangan seperti saat menjalani studi S1.
Mimpi itu bisa mengikuti short kurs tentang melakukan, apa dan bagaimana dengan insect cell line di USDA USA. Tidak salah bermimpi. Dengan bermimpi akan bersemangat melalukan sesuatu. Slogan yang akan selalu di pegang, “berani bermimpi berani kerja keras”
Bissmillah hanya bisa berdoa semoga studi di IPB tepat 3 tahun, memperoleh ilmu dan hasil terbaik.....
-end-
12 November 2016
Dramaga Cantik N10 Bogor
“tulisan adalah doa”
Waktu itu menulis di buku corat-coret
“Allah saya lebih baik terlibat di setitik kerja untuk mengembangkan ilmu pengetahuan daripada harus terikut arus kemewahan perhiasan di badan, terlihat kemewahan di status BBM, FB, dan Line dan olah obrol kosong tidak bermanfaat.”
Alhamdulillah doa itu dikabulkan oleh Nya. Sekarang saya di Bogor belajar untuk terlibat dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Insya allah..
No comments: