» » Antara Medan Binjai Kelapa Sawit

5 Juli 2016


Beberapa waktu lalu diberi kesempatan menyusuri jalanan dari Gatot Subroto menuju kota Binjai menggunakan sepeda motor.  Tidak sendirian, mengikuti sepeda motor anak bimbingan yang melalukan penelitian. 


Rencananya ke Binjai menggunakan jasa kereta api.  Apadaya, KA tepat waktu. Hanya berselang 1 menit saja saat kaki lari keluar lorong pembelian tiket. Meluncur pergi kereta pukul 6.30 itu.  Jadwal perjalanan berikutnya 2 jam lagi. Lama sekali harus menunggu.  Tiket KA dari Medan hingga Binjai hanya Rp 5000,00.  Selalu mengandalkan logika.  Berspekulasi harga tiket tidak terlalu mahal pastilah jarak Medan hingga Binjai tidak terlalu jauh.  



Gedung Pekan Raya Sumatera Utara di Jalan Gatot Subroto Medan


Ternyata logika tersebut salah.  Perjalanan dari Medan menuju Binjai, tepatnya di kebun tempat dua anak bimbingan melakukan penelitian, memerlukan waktu 2 jam lebih.


Petualangan seru menjelajah Sumatera Utara.  Bahagia memiliki dokumentasi foto tanaman  terserang jamur Ganoderma boninense, penyakit paling mematikan dan merugikan usaha perkebunan kelapa sawit di Indonesia.  Tanaman hias jika berada di kota menjadi gulma di perkebunan kelapa sawit dll. 

#

Perjalanan dengan iringan angin sejuk pagi itu dimulai dari jalan Gatot Subroto Medan, terus tanpa belok hingga kota Binjai Sumut.  Jalan raya besar empat ruas yang benar-benar lurus.  Memasuki luar kota, jalan empat ruas bukannya tambah kecil justru bertambah lebar.  Di atas sepeda motor itu mengagumi pemerataan pembangunan yang ada di ujung pulau Sumatera.



Penyakit kelapa sawit paling merugikan saat ini disebabkan jamur Ganoderma boninense 

Bapak (almarhum) sempat menghawatirkan anak perempuannya hidup di tanah Sumatera.  Insya allah akan baik-baik saja.  Bersyukur seakan bisa mengepakan sayap jauh melihat negeri ini.  Medan menjadi kota besar yang segala macam kebutuhan sangat mudah terpenuhi.  Tidak hanya itu, saat tinggal di Pematang Siantar, di kota yang lebih kecil, pun sangat berbahagia tidak ada kurang satu pun.  Sejalan dengan bertambahnya populasi bangsa, dari ujung barat Indonesia ini pun mulai tumbuh dan berkembang.



Kota Binjai Sumut

Menyusuri jalan besar diantara truk, tronton dan bus yang melintas sempat membuat tangan bergetar memegang stang sepeda motor.   Dalam hati terus berdoa semoga perjalanan lancar.  Walaupun masih pagi, lalu lintas hari itu lancar padat. 


Memasuki wilayah kota Binjai, hati sudah merasa tenang kembali.  Truk besar itu sudah berganti dengan kendaraan pribadi dan angkot. 


Melintasi kota Binjai hati bergumam.  "Oh kota yang bersih, hijau dan tertata rapi".  Sepeda motor berbelok menuju jembatan terlihat aliran sungai bersih tanpa sampah.  Kota yang layak mendapatkan penghargaan Adipura, atau barang kali sudah diraih ya.


Perjalanan terus berlanjut keluar kota Binjai menuju perkebunan kelapa sawit.  Di suatu lokasi sedang ada replanting dengan cara zero burning.  Pohon kelapa sawit tua ditumbang, dipotong-potong kemudian di letakkan membujur diantara ruas-ruas tanam pohon sawit baru.  Sistem zero burning (tidak ada pembakaran), peraturan pemerintah yang harus ditaati pekebun agar tidak terjadi kebaran hutan.



sistem tanam kelapa sawit baru dengan cara 'zero burning'



Batang kelapa sawit diptong-potong agar cepat terdekomposisi


Kemajuan pembangunan di Sumatera utama salah satunya didukung dari perkebunan: karet, kakao, teh, kopi dan kelapa sawit.  Perkebunan kelapa sawit di Sumatera Utara sudah memasuki usia 100 tahun dan terluas dibandingkan perkebunan lainnya.  Perkebunan sawit diusahkan oleh badan usaha milik pemerintah, swasta dan rakyat.


Kelapa sawit yang banyak diklaim merusak keanekaragaman hayati, memusnahkan gajah, orang hutan, harimau sumatera adalah sumber hidup dari jutaan orang, termasuk kami.  Berharap kelapa sawit mampu berkiprah mensejahterakan bangsa, dengan berlandaskan keseimbangan alam dan ekologi.  Agar semua bahagia: manusia, mamalia, serangga, mikroorganisme dan tumbuhan lainnya.



Perkebunan kelapa sawit di kabupaten Binjai Sumut


Laporan Direktorat Jendral Perkebunan RI (2014), perkebunan rakyat seluas 42%, perkebunan besar negara seluas 7% dan perkebunan besar swasta seluas 51% dari kurang-lebih 11 juta ha perkebunan kelapa sawit di Indonesia.


Perkebunan yang diusahakan masyarat ternyata cukup besar.  Perusahaan pelat merah yang mengawali pembangunan perkebunan kelapa sawit di Indonesia ternyata hanya menguasai 7% luasan lahan.  



Parit besar yang dibangun untuk mencegah terjadinya pencurian tandan kelapa sawit

Dosen yang hari itu juga turut mendampingi di kebun berujar.  Perkebunan rakyat mempunyai ciri khas:  sistem tanam terkadang tidak standar, di sekeliling pohon tidak dibersihkan dari gulma, perawatan (pembuangan pelepah tua, pengandalian gulma) kurang. 

Catatan: kelapa sawit ditanaman sehingga tiga pohon membentuk segitiga sama sisi.  Sistem tanam mata lima tersebut maka setiap pohon akan tumbuh maksimal dengan panjang pelepah daun bertemu optimal memanfaat sinar matahari untuk fotosintesis.



perkebunan milik rakyat di kab Binjai Sumut

Tanaman hias di kota dengan harga cukup mahal, ternyata kalau tempat tumbuhnya tidak tepat, menjadi gulma yang harus dikendalikan.  Seperti tumbuhan paku Stenochlaena palustris mampu tumbuh membesar dan bisa mengganggu pertumbuhan kelapa sawit.


Stenochlaena palustris




Rumpun dan perakaran paku Stenochlaena palustris












Tanaman hias di kota berubah menjadi gulma merugikan di perkebunan kelapa sawit




Berfoto sebelum pulang ke Medan


Sebelum melanjutkan perjalanan pulang, sempat ditraktir es campur dan sate padang paling enak di Binjai.  Es campur Kalimantan jl. jendral Sudirman no 35 Binjai.  Rumah makan sederhana yang terpasang foto pak Bondan mak nyus di sudut dindingnya.


Es campur dan sate padang di Binjai Sumut


Alhamdulillah for everything Allah.  This is live that I'm really want...

-end-

«
Next
Newer Post
»
Previous
Older Post

No comments:

Leave a Reply