» » Filsafat Sain dan S3

8 Feb 2016

Maafkanlah masih ingin mengistirahatkan diri.  Dua tiga jenak menikmati kedamaian rumah.  Selonjoran menikmati film HBO, mendengarkan lagu melalui youtube, makan singkong rebus dll.  Indahnya hari di bulan Februari yang diwarnai hujan tanpa henti.


Imago jantan serangga Oryctes rhinoceros (Coleoptera: Scarabaeidae) pic by Sat R


***
Kulalui padang ini
Entahlah apa yang nanti akan terjadi
Apa mampu
Bisa?
Entahlah
Berharap ada manfaat yang dapat diambil dan diberikan

***

Satu tahun memperoleh teori. Kuliah seperti pernah dijalani.  Dosen memberikan teori.  Duduk manis menyimak.  Tiba akhir pertengahan dan akhir semester akan dilakukan ujian.  Lalu munculah nilai yang mengukur apakah mampu menyerap teori yang diberikan.


Ya seperti itu.
Boleh dibilang datar saja.  
IPK 4 untuk satu tahun teori tersebut.
Selanjutnya apa masih bertahan dengan nilai-nilai tersebut?  Tidak penting sih. 
Yang merisaukan malah apa yang akan dilakukan setelah lulus nanti.

***
Mata hati terbuka itu ketika mengikuti mata kuliah filsafat sain.    Berkesan.  
Boleh dikatakan bahwa inti dari sekolah yang sesungguhnya itu ada di pelajaran filsafat sain.

Sesuatu yang terlambat untuk diketahui?
Tidak juga
Di saat teman seangkatan sudah memasuki puncak karir, baru memulai
Tidak ada kata terlambat
Indah dan bahagia hidup bukan orang lain yang merasa
Bersyukur atas capaian-capaian
Sesuatu yang sederhana 
Yang pasti, di atas langit masih ada langit lain lebih tinggi
Di atas burung masih ada belibis yang lebih lihai terbang

***
Jadi apa itu filsafat sain?

Pendidikan yang dijalani itu untuk mengkaji ilmu pengetahuan yang sudah diketahui sebelumnya dan diakui kebenarannya.  

Jika dirunut, panjang sekali jenjang pendidikan yang sudah dijalani dari SD, SMP, SMA, S1, S2.  Hampir 18 tahun waktu dihabiskan untuk sekolah.  Parahnya tidak tahu tujuan, kenapa manusia itu harus sekolah.  Hanya tujuan jangka pendek yang terekam baik.  Hanya sekedar untuk memperbaiki nasib.  Itu thok.

Padahal ada yang lebih besar dari perjalanan panjang sekolah itu. 

***

Ada rasa yang berbeda ketika menempuh jalan panjang pendidikan.
SD mulai diajari membaca dan menulis oleh guru.  Pengetahuan dasar mulai dikenalkan.  Ada penambahan, pengurangan, perkalian, pembagian.  Ada dunia hewan dan tumbuhan.  Ada berbagai agama yang ada di Indonesia.  Ada bahasa Indonesia yang perlu dipelajari sebagai pengantar.  Ada bahasa daerah yang perlu dilestarikan dan terus diajarkan agar tidak hilang.

Ketika menginjak SMP, mata pelajaran mulai bertambah banyak.  Segala macam pengetahuan diajarkan di SMP mulai dari sejarah, geografi, akutansi, ekonomi, fisika, biologi, bahasa inggris.  
Penulis termasuk generasi 1990an, sehingga pada masanya bahasa Inggris baru diajarkan ketika siswa menginjak jenjang SMP.


Ketika SMA, mulai dilakukan penjurusan.  Ada jurusan A1 yang mata pelajarannya hanya berkisar mate-matika dan fisika.  Jurusan A2 mata pelajaran banyak mengkaji biologi dan kimia.  A3 lebih mempelajari pengetahuan sosial.  A4 mengkaji bahasa.  Era 2018 ini, jurusan A1 dan A2 disatukan menjadi jurusan IPA.  Praktis tidak ada perubahan kurikulum yang penulis rasa dari era 1990 an hingga sekarang.


Memasuki usia kuliah S1, siswa mulai diajarkan untuk melakukan penelitian.  Tetapi apa inti dari penelitian itu tidak didapatkan oleh penulis.  Kenapa harus melakukan penelitian?


Demikian juga ketika mengambil studi pasca S2, penelitian yang dikerjakan hanya sekedar persyaratan untuk lulus.  Hanya itu saja.  Kenapa harus melakukan penelitian, tidak tahu.

Kesempatan itu datang untuk melanjutkan jenjang S3.  Saat usia tidak lagi muda.  Usia yang matang?  Tidak juga, semoga tidak busuk.

Penelitian-penelitian yang dilakukan pada dasarnya untuk memajukan dan menambah pengetahuan yang sudah ada.  Ada kalanya pengetahuan itu dinyatakan tidak berlaku ketika alat bantu mulai ditemukan.  Seperti contoh, era tahun 1500-an, pengetahuan umum yang diterima masyarakat bahwa matahari mengelilingi bumi.  Majunya pengetahuan fisika, ditemukan teleskop bahwakan ilmuwan sudah menempatkan teleskop di ruang angkasa sehingga dipastikan bahwa bumilah yang mengelilingi matahari.  Kaidah kebenaran normal berubah.


Hello apa kabar yang menyatakan bumi itu datar?!.  Please dech.  Semaju ini dunia, malah pengetahuan mundur jauh ke belakang.

Penelitian yang dilakukan harus meneruskan pengetahuan yang sudah ada.  Untuk itu sebelum melakukan penelitian wajib melakukan penelusuran pustaka.  Penelusuran pustaka diberi istilah state of art. Studi yang sudah dilakukan orang sebelumnya ini dicari celah dan kemungkinan-kemungkinan lain yang belum dicoba.  Hasil penelitian kemudian ditulis oleh penelitinya dan dilakukan publikasi di suatu jurnal ilmiah.


Di era internet ini, berharap jurnal ilmiah menjadi mudah diakses oleh siapa saja manusia di muka bumi.  Tidak seperti sekarang, jurnal bisa dibaca setelah membeli sekian dolar.  Mahasiswa di negara berkembang ini mana kuat untuk membeli jurnal berbayar tersebut.  Kampus menyediakan layanan jurnal berbayar dengan gratis, eh..... internet yang digunakan untuk mengunduh data lelet luar binasa.  Ada hacker asal Rusia yang memberikan layanan "mencuri" jurnal gratis bagi siapa saja.  Yah.. sekarang kena cekal sehingga harus bergonta-ganti nama.  Mahasiswa cuma-cuma seperti penulis sangat terbantu oleh Robinhood era digital, Sci-hub.


Please bapak rektor baru yang masih muda untuk memperhatikan kondisi ini.  Internet cepat sehingga mahasiswa senang untuk berlama-lama mengunduh dan membaca jurnal yang katanya lisensinya dibeli mahal oleh institusi.

***
Penelitian itu untuk mencari hakekat dari suatu benda.  Istilah untuk hal ini adalah ontologi.  Sesuatu dicari terus dicari hingga hal-hal terkecil yang tidak terlihat lagi oleh mata.  Seperti contoh, tangan yang terlihat ini tersusun atas tulang, otot, kulit, syaraf, pembuluh darah.  Jika otot dibelah dan dilihat lebih jauh maka ternyata tersusun atas satu buah sel.  Sel ternyata berisi inti sel dan organel lain yang berada di luarnya.  Di dalam sel ada bentuk materi hereditas yang dinamakan DNA.  DNA dicari hakekatnya ternyata terdiri atas basa nukleotida yang disebut dengan Guanin, Timin, Sitosin, Adenin.  Demikian seterusnya, sesuatu dicari hakekatnya.  Segala hal dicari apa ontologi dari benda tersebut.


Untuk melihat hakekat benda diperlukan peralatan sehingga hal-hal kecil yang tidak terlihat itu dapat dicari keteraturannya, dapat diamati kebenarannya.  Peralatan yang digunakan untuk melihat hakekat benda disebut epistemologi.  Mikroskop elektron dapat digunakan untuk melihat organel sel.  Spora cendawan yang jika dilihat dengan mikroskop cahaya, maka dengan mikroskop elektron (SEM -scaning electron microscope) akan terlihat keindahan berbagai bentuknya. 

***

So setelah selesai menempuh S3, hal yang dilakukan yaitu menerapkan state of the art, ontologi dan menggunakan epistemologi yang tepat untuk mengetahui hakekat benda.


Dengan begitu terjawablah sudah bahwa jalan panjang pendidikan itu agar turut berperan memajukan ilmu pengetahuan.  Hasil penelitiannya harus dipublikasikan di jurnal ilmiah.  Publikasi sesuatu baru yang belum ada sebelumnya.  Dengan begitu peradaban manusia maju.  

Pendidikan itu menyiapkan insan menjadi titik hingga titik-titik itu menjadi tali panjang dan jalinan pengetahuan untuk peradaban yang lebih baik.

***
Itulah sebabnya...
Timbul was di hati
Setelah lulus apakah bisa menjadi yang diinginkan dari jalan panjang pendidikan?
Menjadi sebuah titik untuk turut memajukan ilmu pengetahuan.

-Semoga-

thanks to whom who teach this lesson-filsafat sain


-end-









«
Next
Newer Post
»
Previous
Older Post

No comments:

Leave a Reply