21 Desember 2019
Ujian Disertasi Terbuka mbak Tita
Kemarin melihat postingan mbak Tita yang sedang ujian disertasi hukum di universitas Tilburg Belanda. Mbk Tita memperoleh gelar Doktor dari negara yang maju ilmu pengetahuannya tentang hukum. "Ruang tempat mbak Tita ujian promosi terbuka Doktornya itu lho kuerennnn banget". "Ruang di gedung tersebut tinggi dengan kesan bangunan Eropa pada umumnya".
***
Angkat topi. Anak dari Jepara pinter-pinter. Mbk Tita ini jebolan Universitas Indonesia. Teman sekelas mbak Tita di SMA juga barusan posting memperoleh gelar Doktor dari Monash Australia. Selamat-selamat. Saya turut bangga pada kalian semua....
****
Beberapa hari lalu bertemu dengan mbak Zaky yang sedang mengandung anak ke 6. Subhanallah... beliau memiliki putra-putri yang orang bilang "semenda-semendi". Anak no 1 kelas 2 SMP, anak ke 3 kelas 4 SD, dan calon anak ke 6 masih berada dikandungan mungkin 7 bulan.
Dua perempuan hebat dengan dunia berbeda
Kemarin ngegosip sama Siti mengenai mbak Tita dan mbak Zaky. Kemudian iseng tak tanyain, "Siti, kalo waktu bisa diputar kamu memilih seperti siapa, mbak Tita atau mbak Zaky?"
Kemudian Siti dengan gaya sok keren, berdiplomasi. Ingin seperti mbak Tita atau mbak Zaky itu pasti ada motivasi dibaliknya. "Contoh nih", seloroh Siti
"Anak melihat KDRT secara langsung".
"Seorang ibu dipukul mukanya oleh suaminya hingga membiru". "Tidak hanya itu, banyak kekerasan verbal yang diterima oleh ibu rumah tangga tersebut dari suaminya".
"Ibu tersebut mau minta cerai tapi apa daya tidak punya pendidikan dan ketrampilan".
"Ditambah lagi ada 6 orang anak yang masih kecil-kecil dalam asuhan ibu tersebut".
"Penderitaan ibu tersebut semakin lengkap, karena untuk memberi makan anak-anaknya sampai mencuri uang suaminya".
"Suaminya begitu pelit".
"Uang dari jerih payahnya hanya dibelikan sawah, ladang, tegalan, sapi, kambing "
"Tanah-tanah yang tidak bisa dimakan".
"Dan jika mati pun tanahnya tidak akan dibawa".
"Anak-anak kecil itu makan nasi dengan lauk secuil kecil ikan atau telur ayam kampung".
"Bayangkan, telur ayam kampung yang sudahlah kecil masih harus dipotong menjadi enam".
"Demi tumbuh kembang anaknya dengan baik, ibu tersebut bertahan walaupun mendapat siksaan fisik dan psikis dari suaminya".
Terus Siti harus memilih seperti mbak Zaky?
"Trauma boooo!" kata Siti dengan keras
"Siapa yang bisa menjamin mendapatkan suami yang baik?"
"Siapa yang mau hidup sudah capek mengurus anak, tidak dapat biaya untuk menghidupi anak-anaknya".
"Ditambah lagi selalu mendapatkan siksaan fisik dan verbal"
"Boro-boro suaminya memberikan uang untuk kesenangan seperti beli baju atau perhiasan"
"Terima kasih dech hidup seperti itu!" kata Siti dengan urat mukanya mengeras
Dengan semangat 45 Siti berujar, "Wanita harus seperti mbak Tita."
"Wanita harus pinter, punya pendidikan tinggi, punya keterampilan".
Kemudian saya tanya ke Siti, "Apa Siti sudah bisa seperti mbak Tita?"
Dengan muka menunduk Siti berkata, "Tidak, saya belum bisa seperti mbak Tita."
"Saya hanya ibu rumah tangga biasa"
Dengan sedih Siti berkata, "Doakan suamiku baik ya".
"Saya hanya ibu rumah tangga yang tidak mandiri"
*end*
No comments: