» » » Istanbul bagian 1

Sudut kota Istanbul di dekat penginapan Le Garden

14 Oktober 2013


Liburan musim gugur ini, kami mengunjungi kota Istanbul di Turki.  Alkhamdulillah masih diberikan rizki dan kesempatan untuk jalan-jalan selagi tinggal di Eropa.  Mungkin awal tahun depan kami sudah harus kembali ke Medan atau lebih tepatnya di desa Marihat Kota Pematang Siantar.


Kami lebih memilih Turki daripada mengunjungi kota Wina, Brusel,  Roma atau kota lainnya, alasannya sederhana saja..."daripada melihat gereja lebih baik melihat masjid".  Tapi sepertinya sih, alasan terkuat karena soal anggaran kantong juga... Jadi dipilih jalan yang pas di kantong dan paling besar mendapatkan manfaat.


Berada di Istanbul serasa berada di Jakarta.  Kota besar yang padat.  Layaknya Jakarta, di Istanbul ditemui pengemis, pedangan kaki lima yang menjajakan dagangan di trotoar.  Tapi ada yang lebih bagus di Istanbul ini, tidak terlalu macet.  Moda transportasi umum menggunakan trem atau kereta apa jalan raya.  Masyarakat berdesak-desakan naik trem ini sehingga kota tidak macet.  Masyarakat di Istanbul juga tertib, mereka menggesekan kartu pembayaran semacam ATM sebelum naik trem.  Kalau tidak tertib, mudah saja nakal meloncat melewati pagar pembatas.



Suasana di dalam trem kota Istanbul

Berada di Istanbul serasa di kampung sendiri.  Lima kali sehari terdengar kumandang Adzan.  Hanya saja setelah Adzan tidak ada puji-pujian.  Puji-pujian ini adalah lagu sholawat kepada nabi besar Muhammad SAW sambil menunggu jamaah datang ke masjid.  Setiap langkah di kota Istanbul selalu di jumpai masjid.  Banyak sekali bangunan masjid megah bertebaran.  Masjid warna putih asli dari batu yang digunakan untuk bahan bangunan.  Kurang tahu pasti, batu putih masjid terbuat dari batu jenis apa.  Sepertinya batu masjid Istanbul ini mirip dengan batu untuk bangunan tua di kota Paris Perancis.


Indah masjid di Istanbul dengan batu putihnya

Istanbul berasal dari kata Islambol artinya penuh dengan orang-orang Islam atau orang Islam yang bertebaran di mana-mana.  Saat berada di Istanbul sering mendapatkan salam dari warga yang berpapasan.  "Asslamu'alaikum, are you from Malaysia?" sapa mereka.  Sepertinya mereka senang melihat keluarga muslim dari Asia.  Sepertinya mereka senang melihat kami, karena Turki yang dulu pusat kemasyhuran Islam, muslimahnya banyak yang meninggalkan kerudung.  Kok tahu kami keluarga muslim? hehehe kan pasti muslim karena saya mengenakan kerudung.  Setiap berjumpa dengan warga Istanbul selalu ditanya apakah dari Malaysia?  Kenapa ya?  Barangkali orang Malaysia sering berwisata ke sana kali ya...  "No, we are from Indonesia" jawab kami dengan tersenyum.



Saat jalan menyusuri kota, saya sering memperhatikan wajah-wajah orang yang di temui.  Kenapa?  Sekedar ingin melihat, apakah ada perbedaan antara wajah orang Jerman yang sering di lihat dengan wajah orang Turki.  Apakah bisa ditebak asal mereka dengan hanya melihat wajah?  Seperti wajah melayu saya dengan mudah di tebak, kalau tidak dari Malaysia ya dari Indonesia.



Orang Turki berkulit putih.  Rambut coklat yang cenderung ke arah hitam.  Wajah dengan hidung panjang.  Wajah orang Turki berbeda dengan orang Jerman yang sering di temui.  Sepertinya Orang Eropa memiliki rambut pirang semakin ke timur rambut mulai bergeser ke warna coklat, semakin ke timur rambut akan berwarna hitam.


Hal yang menarik, di jalan, di trem, di manapun sering dilihat laki-laki memegang tasbih.  Terlihat mereka sambil melihat ke sisi jalan, tangan memutar tasbih untuk berdikir.  Hal positif nich yang patutu ditiru.  Tapi untuk kemana-mana memegang tasbih tidak PD.  Mencoba mempraktekkan memegang tasbih sambil berdzikir, ternyata memang dzikir menjadi lebih konsen. "subhanallah 33 kali, alkhamdulillah 33 kali, allahuakbar 33 kali".  Berzdikir memang cara ampuh agar pikiran tidak melayang, memikirkan hal yang tidak penting.


Muslimah di Turki ada yang memakai kerudung ada yang tidak.  Yang menarik saat menunggu trem datang, melihat anak-anak sekolah, SMA sepertinya, memakai seragam sekolah dengan rok pendek.  Memang betis tidak terlihat semua karena memakai stoking dan kaus kaki panjang.  Tapi tetap saja "Hah?!"  Muslimah yang tidak berkerudung, mengenakan celana panjang, kaus panjang.  Banyak juga muslimah berkerudung.  Ciri khas muslimah yang berkerudung mengenakan mantel (jas) terusan sampai ke bawah.  



Pakaian muslimah khas Turki, berkerudung dengan pantel panjang


***

«
Next
Newer Post
»
Previous
Older Post

No comments:

Leave a Reply