7 September 2014
Mencatat membuat biopori.
Latar Belakang
Biopori adalah lubang resapan agar air hujan cepat masuk ke dalam tanah. Biopori ditemukan oleh staf pengajar Konservasi Tanah dan Air, Departemen Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian IPB yang diketuai bapak Kamir R Brata. Penjelasan dan keuntungan biopori diterangkan dengan padat dan jelas di web resmi biopori.
Sumatera Utara pada umumnya dan Medan dikaruniai curah hujan cukup tinggi. Curah hujan tinggi dan tipe tanahnya menyebabkan perkebunan banyak dikembangkan di Sumut. Perjalanan dari Medan ke Pematang Siantar misalnya, pemandangan di kanan dan kiri didominasi oleh perkebunan kelapa sawit dan karet. Curah hujan ini tidak menyebabkan masalah bahkan keuntungan besar bagi perkebunan. Tanaman tercukupi kebutuhan air secara alami. Curah hujan yang cukup ini menjadi menimbulkan masalah di ibu kota Sumatera Utara, Medan. Bangunan dan sistem drainase kurang bagus, curah hujan tinggi menyebabkan terjadinya banjir. Banjir ini sering melanda rumah kami.
Pernah mendengar informasi bahwa biopori bisa membantu mencegah banjir. Sengaja mencari informasi biopori di internet. Konsep biopori menurut situs resmi biopori adalah membuat lubang dengan diameter 10 cm sedalam 100 cm. Lubang lalu diisi dengan bahan organik. Bahan organik ini akan merangsang aktivasi flora dan fauna tanah sehingga akan terbentuk pori-pori alami. Pori-pori alami akan mempermudah air hujan masuk ke dalam tanah. Bahan organik lama kelamaan akan membusuk menjadi kompos. Kompos dapat dipanen sebagai pupuk tanaman. Bahan organik harus selalu dimasukkan ke dalam lubang biopori. Bahan organik itu bisa berasal dari sampah dapur, rumput dan pangkasan tanaman pekarangan serta bahan organik lainnya.
Foto 1. mata bor untuk membuat lubang biopori |
Konsep biopori yang "This is the way I like". Ceritanya, saat di Jerman dididik untuk memilah sampah. Setelah pulang ke Indo, bertekat dan berkeinginan kuat untuk terus memilah sampah. Sampah organik dapur di satu wadah, sampah plastik di wadah lain, bekas botol sotf drink dimasukkan dalam plastik tersendiri. Memulai memilah sampah dari level keluarga dan berharap tetangga sekitar, teman-teman tercinta turut serta. Dengan memilah sampah mengurangi bau dan barangkali memudahkan dinas kebersihan kota. Sumbang sih terkecil untuk menjaga dan mencintai lingkungan.
Rumah sering kebanjiran. Biopori dapat menbantu memberikan solusi. Biopori memerlukan bahan organik. Di dapur selalu ada sampah organik. Cocok sekali untuk membuang sampah dapur ke dalam lubang biopori. Paling tidak lebih sedikit menyumbangkan sampah untuk kota Medan. Kami hanya menyumbang sampah kering dari bahan plastik untuk Medan tercinta...
Foto 2. My dear friend...mari mulai memilah sampah... |
Proses Pembuatan Biopori
Alat untuk membuat lubang biopori adalah mata bor seperti terlihat di foto 1. Kebetulan suami bekerja di lembaga penelitian yang ada kelompok peneliti tanah. Mata bor dipinjam dari kelti tanah tersebut. Lokasi pembuatan biopori adalah selokan air. Sengaja memilih tempat biopori di selokan agar tidak ada yang terperosok. Selokan bukan jalan otomatis tidak ada orang yang iseng berjalan di sana. Semen di selokan dibuat lubang dengan diameter 10 cm. Setelah mencapai tanah, bata bor dimasukkan ke lubang, diputar untuk mengambil tanah sedikit demi sedikit hingga kedalaman 100 cm. Lubang lalu diisi dengan sampah organik dapur, rumput dan dedaunan tanaman pekarangan.
Biopori dibuat di selokan drainase air hujan di pinggir rumah |
Semen selokan dibuat lubang diameter 10-15 cm |
Mata bor diputar untuk mengambil tanah hingga kedalaman 1 m |
Mata bor yang sudah mencapai kedalaman 1 m |
Lubang biopori diisi bahan organik hingga penuh |
Tanah dari lubang biopori ternyata tipe tanah liat, keras dan bewarna agak putih |
###
Membuat biopori di lingkungan rumah adalah hal nekat. Berkeras kepala dan percaya dengan hati kalau biopori itu bermanfaat. Keberhasilan biopori untuk membantu meresapkan air hujan masih tanda tanya besar. Ada beberapa point penting tentang riwayat tanah di bawah rumah:
1. Tanah berasal dari rawa yang ditimbun kemudian baru didirikan bangunan.
2. Permukaan air tanah sangat dangkal. Pada musim penghujan muka air tanah hanya berjarak 15 cm.
Foto 3. Muka air tanah yang hanya berjarak 15 cm |
3. Dinding rumah selalu basah karena infiltrasi air rawa di bawahnya.
4. Tanah bekas galian mata bor adalah tanah liat, warna putih, keras, dengan pori-pori alami tanah sangat-sangat sedikit. Barangkali flora dan fauna di dalam tanah tersebut sangat-sangat sedikit.
tanah liat berwarna putih |
Apakah pembuatan biopori akan berhasil?
Setelah membuat 3 lubang biopori timbul rasa takut tapi juga ada secercah keoptimisan.
1. Takut kalau air rawa dibawah rumah keluar seperti mata air dan malah menambah masalah baru.
2. Rumah yang ditinggali sekarang adalah rumah dinas. Tentu tidak selamanya tinggal dirumah tersebut. Takut kalau sudah pindah rumah, lubang biopori tidak ada yang mengurus. Penghuni rumah selanjutnya tidak mau mengisi biopori dengan bahan organik. Biopori akan menjadi lubang kecil dalam tempat nyamuk bersarang atau malah tempat orang celaka karena terporosok.
3. Takut bahan organik yang sudah diisi ke dalam biopori akan tetap utuh tidak ada yang menguraikannya. Ataupun kalau ada, tingkat penguraian bahan organik sangat lama. Biopori tidak efektif membantu menyerap air hujan.
Tapi dibalik berbagai ketakutan tersebut tetap berharap bahwa biopori itu bermanfaat dan berhasil menyerap air hujan di tanah dengan jenis apapun. Dedaunan, sampah sayuran, kulit durian yang dibuang di dalam lubang biopori ada yang mengurai. Berharap dengan rutin membuang sampah dapur ke dalam biopori akan terus menambah jumlah flora dan fauna tanah. Sehingga nanti dengan berjalanya waktu pori-pori alami tanah akan terbentuk dan air hujan menjadi cepat terserap. Optimis kalau biopori itu berhasil dengan melihat lingkungan sekitar, ada pohon jambu klutuk dan pohon mangga yang tumbuh di rumah tetangga. Ada pohon tumbuh tentu ada mata-rantai kehidupan di tanah tempat tanaman tersebut tumbuh.
Setelah 2 minggu membuat biopori....
Tidak ada air yang keluar seperti mata air dari lubang biopori. Lubang ditutup padat dengan sampah organik. Secara sepintas orang tidak mengira kalau di selokan tersebut ada 3 buah lubang dengan diameter 10 cm dan sedalam 1 m. Lubang biopori tidak begitu terlihat. Jika ada orang tidak sengaja menginjak lubang biopori semoga tidak terperosok. Lubang diameter 10 cm tentu lebih kecil dari kaki orang dewasa.
Sudah 2 minggu berjalan tapi bahan organik yang diberikan masih penuh. Mencoba menekan lubang dengan kayu tapi bahan organik sepertinya belum lapuk. Sudah 2 minggu ini belum menambah bahan organik baru padahal limbah dapur sudah menunggu. Terpaksa sampah dapur dalam kantung plastik dibungkus rapat, diletakkan dipinggiran rumah dan menunggu panggilan selanjutnya bersemayam di dalam biopori.
Catatan membuat biopori. Apakah biopori berhasil? insyaallah akan mencatat kemajuan biopori 3 bulan, 6 bulan atau 3 tahun berikutnya...
Mari mencintai lingkungan, terkecil dari keluarga sendiri dan semoga menyebar ke tetangga, kota dan negara....
No comments: