26 Agustus 2017
*OPINI*
Annisa Hasibuan, sumber google |
Kasus yang sedang jadi perbincangan masyarakat di bulan Agustus ini. Annisa Hasibuan dan Andika Surachman adalah pemilik agen perjalanan First Travel. Pasangan tersebut ditangkap aparat karena diduga menggunakan dana jamaah umroh untuk kehidupan mewah nan glamor.
#
Menulis paling mudah adalah menuangkan pengalaman yang dikemas dalam bentuk opini. Opini atau pandangan seseorang mungkin akan berbeda dengan orang lain.
Menyimak berbagai pemberitaan bahwa mbak Annisa ini dulunya penjual burger dan pulsa yang sering mendapatkan hinaan. Singkat cerita setelah berganti-ganti usaha, biro perjalanan umroh menghantar mbak Anisa menjadi pengusahan "sukses".
Menyoroti masalah menghina orang lain. Kenapa harus menghina atau merendahkan orang yang secara ekonomi lebih rendah? Apakah sebagai manusia dapat hidup sendiri? Dengan kekayaan yang dimiliki, apakah dirinya tidak butuh asisten rumah tangga yang membersihkan rumah dan halamannya? Bukannya hidup nyaman, rumah bersih, taman indah, baju rapi, makanan enak tidak bisa dikerjakan sendiri. Kalo tidak percaya, coba menyapu halaman sendiri. Pasti baru beberapa meter persegi badan sudah terasa pegal-pegal. Coba mencuci baju menggunakan tangan. Mencuci dihari pertama masih oke. Beberapa hari kemudian meneruskan mencuci baju kotor, badan menjadi meriang kecapekan. Itu baru mencuci baju belum pekerjaan lain seperti menyapu rumah, memasak, mencuci piring dll.
So seharusnya bersyukur ada asisten rumah tangga sehingga badan tidak harus meriang kecapekan. Bentuk syukur itu dengan menghargai mereka. Mereka juga manusia yang butuh diakui keberadaanya. Manusia yang punya hati dan perasaan.
Demikian juga dengan penjual burger. Apa urusan menghina penjual burger. Bukannya harus berterima kasih pada mereka, tidak usah repot tinggal makan enaknya roti lapis bercampur saus dan daging olahan.
Orang yang direndahkan saat itu hanya diam. Tidak ada kata yang keluar untuk menanggapi hinaan. Tapi tahukah bahwa dalam hati mereka ada tertanam benih sakit. Seringkali cercaan negatif menimbulkan semangat luar biasa. Usaha tanpa lelah untuk sukses. Dan setelah berhasil, tidak perlu membalas sakit hati kepada orang penghina dengan kata-kata. Cukup memperlihatkan mobil, rumah, liburan ke luar negeri dll.
Demikian juga dengan mbak Annisa Hasibuan. Hinaan yang diterima cukup dibuktikan dengan unggahan di sosmed baju mewah yang dipakai, liburan merasakan salju di Alaska, bepergian dengan pesawat mewah dll. Sayangnya gengsi mbak Annisa ini ketinggian. Seharusnya mbak Annisa hanya menggunakan keuntungan bisnis untuk memenuhi hajat hidup bukan menggunakan modal.
#
Kembali ke masalah merendahkan orang lain. Apakah ini sudah menjadi budaya kita? Ah semoga jangan. Mari generasi muda Indonesia. Gunakan petuah kuno untuk menyayangi yang muda dan menghormati orang lebih tua. Insya allah nuansa kehidupan akan berjalan nyaman. Yang beruntung membantu yang kesusahan. Yang tidak punya pun berbahagia membantu dengan imbalan ikhlas yang kita diberikan.
Korban akibat direndahkan orang lain tidak hanya mbak Annisa Hasibuan. Ada banyak orang seperti mbak Annisa. Seorang ibu rumah tangga terlilit rentenir akibat membeli perabot rumah bagus sehingga tidak diejek lagi oleh tetangganya. Akibat celaan ini juga mendorong ibu-ibu meminta lebih banyak dari penghasilan suaminya. Setiap ada acara arisan yang lain memakai baju baru, sepatu baru sedangkan dirinya tidak pernah berganti, misalnya. Setiap hari diteror permintaan dari istri bisa menyebabkan suami korupsi di kantornya.
Hanya bisa menulis mengajak, agar tidak usahlah mencela orang lain. Setiap bertemu dengan orang lain, ucapkan kata-kata yang baik. Bertemu dengan kawan lama yang sekarang gendut tidak usahlah berkomentar, "sekarang berat badannya naik ya." Berkunjung ke rumah tetangga yang sederhana kondisinya, cukuplah berlaku sebagai tamu yang duduk manis tanpa berkata aneh-aneh.
Semoga bangsa ini menjadi besar, bermartabat dan disegani. Semua itu butuh kontribusi kecil-kecil dari warga negaranya.... Amin.
-end-
No comments: