30 November 2019
Menteri BUMN Erick Thohir, sumber buletin Quora |
Kutipan tulisan Danar Dumadi Pratomo di akun Quora, "Erick kaget mengetahui mentalitas pejabat BUMN itu ternyata korup. Dia kecewa karena berjumpa dengan eksekutif BUMN merugi yang sedang makan di restoran mewah."
Saya jadi ingin menuliskan pengalaman teman yang pernah merasakan suasana hidup di bawah lingkung BUMN perkebunan. Pengalaman sehari-hari dari level terbawah pekerja perkebunan hingga level pejabat menengah.
Cerita berawal dari teman saya dan mantannya. Mantan teman ini merasa rendah karena hanya anak seorang pekerja perkebunan teh. Teman saya yang tidak mengenal kasta tidak faham. Kenapa harus merasa rendah? Dipemahaman dia, siapapun berhak maju dan mendapatkan kesempatan. Asalkan si anak mampu dan berprestasi. Mau anak tukang becak, guru, buruh pabrik berhak mendapatkan penghargaan dan pendidikan yang baik. Tidak perlulah merasa kecil karena orang tuanya.
Ketidakfahaman teman saya ini terjawab ketika sekian tahun kemudian bermukim di lingkup perkebunan. "Dia anak siapa itu" ternyata sangat-sangat-sangat-sangat-sangat-sangat menentukan nasib. Pantasan saja mantan teman itu merasa segitunya.
Keistimewaan yang diterima dari 'anak siapa' ini misalnya dalam mencari pekerjaan. Bapak dari anak ini pejabat di lingkup BUMN, sehingga begitu lulus kuliah langsung tersedia tempat di kantor bapaknya. Oke kalo si anak ini pintar lulusan universitas ternama. Adakalanya, tes ujian masuk kerja dia tidak lolos tetapi dicari segala cara agar lolos. Tentu peran bapaknya lah, lobi teman-teman.
Keistimewaan fasilitas yang diterima 'anak siapa' ini berlaku baik anak yang bekerja langsung di kantor BUMN atau anak perempuan yang lebih memilih menjadi ibu rumah tangga. Tentunya yang mendapatkan fasilitas emas itu suaminya.
Di kantor BUMN itu ada semacam trah leluhur. Anak mantan direktur yang dulu ada semacam 'tiket' untuk menjabat direktur di periode tertentu di masa mendatang. Yah boleh dibilang, BUMN semacam kerajaan bagi keluarga tertentu.
Anak atau suami 'anak siapa' ini mendapatkan perlakuan istimewa. Karir yang mereka jalani cepat. Apalagi jika suami 'anak siapa' ini pintar, managerial bagus, bergelar Doktor dari luar negeri. Karir yang cepat menanjak tentunya tidak ada yang komplain.
Apa sih tujuan menulis hal yang membuat pak Erick Thohir bingung? BUMN sedang bangkrut tapi kok pejabatnya bergaya hidup mewah.
Tujuan penulisan kisah ini sebagai bahan referensi adik-adik baik suaminya yang bekerja di lingkup BUMN perkebunan dan istrinya yang mendampingi. Tidak usah kaget dengan kultur yang ada. Yang baik diikuti, yang tidak baik ditinggalkan. Di kampus sering diingatkan, bahwa "kalian itu agent of change." Kalo bisa merubah yang tidak baik ayo menyingsingkan lengan. Jika tidak mampu karena hanya anak baru, ya ikuti saja yang baik-baik.
Cerita berlanjut, mari... dari kaca mata teman saya yang seorang ibu rumah tangga.
Bergaya hidup mewah. Sure! Tentu saja. Pak Erick Thohir melihat gaya hidup mewah bos petinggi BUMN pusat. Kalo teman saya melihat bergaya hidup mewah level bawah hingga pejabat menengah. Dengan demikian disimpulkan bergaya hidup mewah itu dari level paling atas hingga level seterusnya kebawah.
Suami istri yang bekerja di BUMN perkebunan itu satu paket. Jadi istri wajib ikut kegiatan di kebun misalnya arisan, wirid (membaca yasin), acara makan malam dll. Disetiap kesempatan tersebut harus selalu tampil wah. Kalo bisa keluar dengan mobil selalu berganti. Kalo tidak bisa cukup keluar dengan baju dan aksesorisnya yang pantang dipakai dua kali.
Masih ingat dengan kisah istri TNI yang membuat status tentang penusukan pak Wiranto di FB lalu jabatan suaminya di copot. Gara-garanya status ibu TNI tersebut adalah bersyukur pak Wiranto ditusuk kalo bisa tidak sembuh.
Nah di BUMN perkebunan setipe dengan hal tersebut. Jika si istri salah berucap, salah bertingkah laku, malas ikut arisan dll yang ditegur itu suaminya di kantor. Yang menegur tentu saja bapak atasan suaminya. Jika masih membandel sepertinya bisa berdampak pada karir suaminya. Kan tidak enak kan ya... ada masalah ibu-ibu tetapi ranah masalah sampai hingga ke bapak-bapak. Ya begitulah. Adik-adik muda yang bekerja di lingkup perkebunan harus siap dengan hal-hal sepele atau besar ya seperti itu.
----
Di atas disinggung tentang di BUMN itu, ada semacam keluarga bangsawan.
Jadi pesan buat adik-adik berdasarkan pengalaman teman saya.
Ibu-ibu yang masuk trah bangsawan harus diperlakukan istimewa. Kalo tidak siap-siap mendapatkan omelan aka teguran. Bukan dari ibu bangsawan tersebut sih, tetapi dari ibu yang lain. Jadi bapak-bapak yang bekerja di lingkup BUMN perkebunan harus memberitahu istrinya tentang strata tidak terlihat yang ada di kantor. Siapa-siapa ibu-ibu yang masuk dalam katagori pejabat. Tekanannya ibu pejabat yang juga masuk dalam trah bangsawan.
Ya.. harus bersikap ekstra hati-hati, kalo bisa ya diam saja, tidak usah terlalu banyak ucapan dan tingkah. Itu saran kalo mau cari aman, sih.
Suatu saat teman saya, sotoy, karena dia tidak diberi pengarahan sama suaminya terlebih dahulu. Dia bertanya pada ibu pejabat sekaligus termasuk dalam trah bangsawan, "Bagaimana kabar anak ibu?". Dengan nada tidak suka, ada ibu lain yang menimpali, "anak ibu X berbahasa inggris setiap hari." Timpalan yang hanya 25% nyambung. Tapi apa artinya sih timpalan ibu tersebut?" Jawabnya, jangan sembarang bertanya atau sekedar menyapa pada ibu trah bangsawan. Huft... Segitunya lho. Terus harus bagaimana? Ya diam saja, kalo ditanya oleh BELIAU-BELIAU baru menjawab.
FYI di acara non formal Darmawanita tempat duduk itu terpisah. Bukan sengaja dibuat sekat sih, tetapi kita harus tahu diri. Ada tempat duduk spesial yang hanya boleh berisi ibu pejabat BUMN no1 dan ibu pejabat-pejabat level 2.
Jadi saya pesan buat suami-suami ya.....untuk membriefing atau memberi pengarahan pada istri-istrinya agar selamat dunia akhirat. Eh, agar istrinya tidak sotoy duduk sembarangan.
Bagi orang-orang yang terbiasa di tempat egaliter, hal remeh semisal tempat duduk tentu membuat aneh. Mungkin PR bagi pak Erick Thohir untuk membuat suasana di BUMN menjadi egaliter.
Satu cerita sotoy teman saya yang berujung teguran. Waktu itu dia bertugas sebagai MC di acara arisan. Sudah menjadi bahasa umum kalo kursi baris paling depan itu untuk ibu pejabat no 1 dan 2. Nah entah sedang ada acara apa ibu pejabat no 1 dan 2 belum datang sementara waktu arisan sudah harus dimulai. Keren sih acara arisan tersebut selalu ontime, jam 2 mulai ya mulai. Nah teman saya yang MC tersebut mempersilahkan ibu-ibu anggota Darmawanita lain mengisi kursi barisan kedua dan seterusnya.
Nah, tidak seperti bisanya ibu-ibu elit di kantor tersebut lambat datang. Setelah acara berlangsung 5 menit baru masuk ruangan. Jadi ada lah ibu pejabat yang termasuk trah bangsawan duduk di bangku baris ke 3. Selama acara berlangsung teman saya tidak merasa bersalah atas apa yang terjadi.
Setelah sampai rumah, belum sampai ganti baju, sudah ada WA bertubi-tubi yang isinya TEGURAN keras. Intinya marah besar kenapa ibu pejabat yang bangsawan sampai duduk di baris 3. Bukan ibu bangsawan tersebut sih yang memberi WA tapi ibu arisan yang lain. Yaampun.... teman saya harus minta maaf lah, segera menelfon ibu bangsawan tersebut.
-----
Bagaimana real situasi di suatu acara non formal Darmawanita?
Masing-masing ibu-ibu akan bercerita kelebihan dan kehebatan yang ada di rumah tangga mereka. Suaminya yang sedang dinas ke luar kota, anaknya yang ikut kelas unggulan berbahasa inggris, acara liburan keluarga mereka yang mewah dll. Helo, capek banget ya yang hanya duduk manis mendengarkan hal hebat mereka serta tidak bisa menimpali. Misalnya bisa menimpali juga buat apa? "Suami saya juga sedang dinas lho ke Kuala Lumpur ikut acara Oil Palm Congress". Kata yang hanya tersimpan di hati teman saya tanpa bisa meluncur ke mulut.
Misal suatu saat berteman lumayan baik dengan ibu B. Suatu saat suami teman saya itu mendapatkan promosi. Ibu B setiap bertemu kalimat yang terlontar menjadi, "sekarang gendutan yah." Ketidak sukaan ibu B dilontarkan dengan kalimat pusaka, sekarang tambah berat badan.
Misal sudah lama tidak berjumpa dengan salah satu ibu anggota Darmawanita. Jangan kaget ya kalo ibu tersebut langsung berkata, "Berat badannya sedang naik ya mbak?" OMG, apa tidak ada kata lain yang tidak menyakiti hati apa ya....
Kata yang mengandung sekarang tambat berat badan itu, kata yang sering terdengar di acara ibu-ibu arisan. Ya jadi jangan kaget...
Begitu lho adik-adik semua, cuplikan cerita teman yang suaminya bekerja di BUMN perkebunan.
Jika masih mau mencari nafkah, posisi masih anak bawang, ya diam dengan kondisi yang ada. Jika tidak tahan ya keluar. Teman saya yang lain, sudah capek-capek test berulang kali ke Yogya untuk lolok BUMN perkebunan. Berakhir mengundurkan diri. Dia memilih menjadi wiraswasta mendirikan salon kecantikan, toserba di kota Pekanbaru. Dari FB teman tersebut, sepertinya usahanya sukses. Beliau posting di FB rumahnya mewah dengan dilengkapi mobil Civic terbaru.
Harapan terbesar sih, pak Erick Thohir membenahi kultur BUMN. Tidak ada suasana feodalisme, nepotisme (semua sesuai trah keluarga), korupsi dll lagi.
Selamat bertugas pak Erick Thohir. Semoga BUMN sebagai lembaga usaha negara menjadi lembaga yang keren...
end
No comments: