Siti berfoto di km 29 desa Lalang, kec Sembawa, kab Banyuasin, Sumatera Selatan |
3 Juni 2021
Destinasi wisata Siti saat ini, tinggal di desa Lalang, Sembawa, Sumatera Selatan. Mungkin, Siti akan piknik di Sembawa ini selama 5 tahun atau kurang. Namanya wisata, pastilah seneng rasanya. Kenapa Siti bahagia?
1. Siti tinggal di desa, dengan pemandangan alam perkebunan karet. Warna hijau mendominasi sejauh mata melihat. Udara sejuk, segar, angin bertiup, matahari bersinar, rumah lumayan jauh dari jalan raya sehingga tidak bising. Banyak burung-burung berterbangan di halaman depan dan belakang rumahnya. Burung gereja bahkan ikut makan jagung pipil yang selalu Siti sediakan untuk ayam-ayam liarnya. Burung perkutut juga sering berterbangan di halaman depan. Kadang si perkutut jalan di tanah seperti makan biji rerumputan atau bahkan serangga-serangga kecil. Entahlah, kurang tahu nich apa makanan burung perkutut. Yang lebih epic, ada burung warna biru pada bulu sayapnya. Wow, indah banget kalo pas lihat si burung terbang rendah. Burung biru ini, sering lihat terbang diantara pohon-pohon karet. Jika olah raga jalan kaki waktu subuh, sering lihat burung hantu terbang berkelebat diantara pohon-pohon.
2. Masyarakat yang ramah. Interaksi dengan lingkungan ini terutama kalo sedang cari keperluan rumah tangga. Sembako bisa dibeli di toko swalayan dan warung sayur mayur. Pasar jauh dari Sembawa, perlu waktu kurang-lebih satu jam perjalanan. Walau begitu keperluan sehari-hari sangat sangat lengkap dan tidak ada kekurangan. Nyaman aja kalo belanja di warung, tidak ada rasa terintimidasi. Bahkan saking ramahnya ibu-ibu di sana, kalo sedang buru-buru dengan senang hati beliau-beliau memperbolehkan kita bayar terlebih dahulu. Kalo kita tanya sesuatu ke pembeli lain atau ke pegawai warung, dijawab dengan santun sambil tersenyum.
3. Semua keperluan rumah tangga ada. Sembawa tempat Siti tinggal boleh dibilang setingkat kota kecamatan. Tercatat ada 3 kantor cabang bank: BRI, Mandiri dan Sumsel Babel. Bank Sumsel Babel yang paling besar nasabahnya disusul bank BRI kemudian Mandiri. Bank Mandiri kalo di kota, ATM mudah ditemukan dimana-mana, sebaliknya di Sembawa kantor cabang Mandiri tidak punya ATM. Supermaket yang lumayan besar ada 3 buah. Toko pertanian, warung padang, warung sate, martabak, bakso, laundry, penjual daging dan makanan beku, pencucian mobil, toko buku, toko buah, tukang cukur laki-laki, salon, tempat olah raga gym, pet shop, tukang jahit, bank sampah, Pusat Penelitian Karet (PPK), Sekolah Pembangunan Pertanian (SPP), SMP, SMA, SD negeri dll dapat ditemukan di Sembawa. Insya allah nyaman tidak kurang satu apapun dech di Sembawa.
Sembawa dibelah oleh jalan lintas Sumatera (linsum) yang lumayan ramai lalu lintasnya. Truk-truk besar dengan bak berwarna hijau banyak berseliweran. Mobil box pembawa paket dan bahan pangan juga hilir mudik di jalan linsum. Jalan linsum di Sembawa, berukuran sedang, dua truk bak hijau dapat berpapasan dengan aman. Kota terdekat dari Sembawa itu, kota Palembang, dengan waktu tempuh 1 jam. Sore hari jam pulang kerja, lintas Sembawa-Palembang jadi jalan yang padat merayap. Waktu tempuh ketika lancar 1 jam akan menjadi 2 jam untuk sampai kota Palembang.
Jalan lintas sumatera (linsum) di Sembawa Sumsel |
4. Nilai uang di Sembawa masih berharga. Nilai uang yang Siti maksud, masih ada jajan pasar dengan harga Rp 1000,-. Jajan pasarnya ini sulit cara buatnya, misalnya ketan, pisang, kelapa parut, gula putih dicampur, dibungkus daun pisang lalu dikukus. Apa ya namanya? lupa nanya sama yang jual. OOOOO enak banget donk, gurih dan legit jadi satu. Surga dunia banget. Diantara kota-kota yang Siti singgahi, baru di Sembawa ini dan di desa tempat Siti lahir dapat makan makanan dengan sistem kukus. Siti jadi merasa di rumah ibunya di desa Sekuro, Jepara, Jawa Tengah. Jajan pasar yang biasa dimakan waktu Siti kecil bisa dibeli di Sembawa misalnya: poci (tepung ketan, diberi inti kepala muda parut plus gula merah, lalu dikukus), negosari (pisang diselimuti tepung beras lalu dikukus), lepet (ketan dibungkus daun kelapa muda lalu di rebus), ketan kukus diisi serundeng kemudian dibungkus daun pisang (lupa namanya), getuk lindri (singkong dikukus lalu ditaburi kelapa muda parut). Luar biasa, jajanan sehat karena tidak digoreng hanya seharga Rp 1.000,-. Sumpah, Siti terkesan banget tinggal di Sembawa ini. Sebelumnya, Siti tinggal di desa Marihat, Pematang Siantar, Sumut, 17 tahun lalu pun tidak ada namanya jajan pasar harga Rp 1000,-. Emang di Siantar tidak ada (susah ditemukan) jajan pasar yang dimaksud. Beda budaya, makanya jenis makanannya berbeda. Di Sumut, boleh dibilang nilai uang tidak ada harganya. Jajan pasar, 17 tahun lalu, rata-rata dipatok harga Rp 3.000 - Rp 5.000,-.
***
Dimana bumi dipijak, disana langit dijunjung. Semoga bisa memberikan kebaikan di Sembawa, sekecil apapun, sesederhana apapun, tidak berarti bahkan.
Di Sembawa ini, waktu seakan diputar balik kemasa Siti kecil. Alamnya yang masih hijau; rumah tempat Siti tinggal dengan halaman luas, ada pohon kelapa, pohon sawo, pohon rambutan, pohon mangga seperti halaman rumah orang tuanya dulu; sosial budaya masyarakat yang ramah membuat liburan 5 tahun atau kurang ini terasa luar biasa.
-end-
No comments: