» »Unlabelled » Punya uang sendiri

 Margajaya 22 Feb 2024


Punya uang sendiri perjuangannya di mulai saat usia SD. Namanya anak-anak pengen lah punya baju baru saat lebaran yang dibeli di swalayan bukan di pasar. Saat SMP juga ingin pakai hand body lotian, beli sepatu, beli tas dll. Tapi apa daya bapak tidak mau membelikan semua kebutuhan primer tersebut. Momen sedih dan masih teringat sampai sekarang itu saat SMP harus berangkat sekolah ke kota naik bus. Saat itu hari hujan, sudah pakai payung tetapi karena sepatu sudah usang jadi tembus air. Walhasil saharian saya kedinginan karena kaus kaki dan sepatu basah. Segitunya ingin sepatu dan tidak diberikan oleh orang tua. Banyak cerita lain jika mau diceritakan. 


Waktu SMA, sangking inginnya punya sepatu, tas layak, dll sampai titik menangis ingin dapat beasiswa biar kebutuhan tersebut terpenuhi. Doa yang ucapkan dari hati yang paling dalam ternyata dikabulkan. Beberapa minggu kemudian saya dipanggil ke ruang guru dan diberi tahu kalo mendapatkan beasiswa. Momen bahagia dalam hidup yang tidak akan terlupa. 


Menginjan kuliah, uang pas-pasan yang hanya bisa makan gorengan 2 buah di pagi hari, makan siang dan malam nasi, sambel, teri atau ikan cue. Untungnya tidak terlalu suka ayam, jadi menu tersebut sangat lezat sekali. Kebutuhan kuliah banyak, ada beasiswa tapi jumlah yang diterima tidak cukup. Puasa senin kamis sering dilakukan, bukan karena alim tapi karena kadaan. Lapar itu menyakitkan, sampai kini entah kenapa saya tidak suka merasakan kelaparan yang sangat. Katanya lapar bagus, tapi entah, tidak terlalu suka... 


Jawaban dari ibu untuk menghibur ketika ingin sesuatu tetapi tidak pernah dibelikan sama bapak, "sinau sing pinter, ben iso golek duwet lan dan iso tuku barang-barang sing mbok karepno." Artinya, "belajar biar pintar, biar bisa cari uang sendiri dan beli barang-barang yang kamu inginkan.".  Kalimat itu benar-benar menghujam tajam di hati, dan teringat terus-menerus sepanjang hidup. Saya belajar mati-matian biar apa yang ibu ucapkan menjadi kenyataan. 


Sekolah S1, S2, S3 belum juga dapat uang dari keringat sendiri. Panjang sekali... Setelah menikah tidak sampai level kelaparan tapi saya memendam perasaan tidak akan mau beli-beli sampai saya punya uang dari keringat sendiri. Selama menikah beli apapun terserah suami, dia ingat dia belikan, dia lupa dia tidak berikan. Hidup di lingkungan hedon, sikap yang saya ambil terasa sakit. Saat orang berpenampilan bling-bling saya hanya terlihat kumuh memakai barang-barang yang ada di rumah. Aduh, masih ingat mereka merendahkan saya. Cobaan selesai, setelah pindah keluar dari lingkungan hedonis. Sikap yang saya ambil, tidak mau beli-beli sampai memiliki uang sendiri, tingkat kesakitannya berkurang atau hilang.  


Apakah bapak saya miskin dengan tidak mau membelikan barang-barang? Tidak. Bapak saya sengaja dengan membiarkan saya berjuang, tanpa fasilitas. Kata-kata yang diucapkan saat salim pergi sekolah SMA, "apa yang saya lakukan agar masa depanmu cerah." Saya tidak faham akan kata-kata bapak saat itu. 


Barangkali kalo semua kebutuhan saya terpenuhi, saya jadi anak malas yang tidak mau berjuang. Barangkali kalo sepatu, baju dari kecil selalu saya dapat, tidak akan sampai saya ingin meneruskan kuliah hingga S3. 


Kemana uang bapak sampai pelit sekali sama anak? Uangnya dibelikan tanah. Saya dapat 4 buah sertifikat tanah sudah langsung atas nama saya. Tanah dari uang sepatu, baju yang dulu kecil tidak pernah diberikan ke saya.


***

Rasa syukur itu begitu dirasakan setelah melewati kesusahan. Di usia 47 tahun baru keingianan terkabul, "I want it I get it". Apa barang yang berhasil saya beli pakai uang sendiri mahal? TIDAK... Barang semurah apapun jika itu dibeli pakai uang saya sendiri, saya sangat bahagia sampai menangis. Bisa beli jam tangan Alba, warna biru, harga 500 ribu karena ada diskon, luar biasa senangnya... Jam tangan yang ingin dipakai saat sekolah tapi tidak pernah kesampaian. Kenapa Alba? karena merk tersebut ada saat saya sekolah.. Merk yang dulu ingin punya tapi tidak mampu.


Ke Bali naik pesawat sama suami, terasa B aja bagi saya. Tapi ke Bali uk mengambil sampel penelitian, pakai uang sendiri, naik bus dari Banyuwangi hingga Gilimanuk itu yang membuat saya terharu bahagia.

Alhamdulillah.... terima kasih Allah. Semoga selalu menjadi orang yang bersyukur dan tidak sombong


-end-

«
Next
Newer Post
»
Previous
Older Post

No comments:

Leave a Reply